Di industri skincare yang kompetitif, klaim manfaat produk menjadi senjata utama brand untuk menarik konsumen. Namun, klaim yang berlebihan dapat menjadi overclaim dan berisiko hukum. Memahami overclaim skincare artinya penting bagi pemilik brand untuk menjaga kredibilitas, kepatuhan regulasi, dan keberlangsungan bisnis.
Baca Juga: Bagaimana Cara Cek BPOM Scan Barcode?
Overclaim Skincare Artinya Apa?
Secara sederhana, overclaim skincare artinya klaim atau janji yang dibuat dalam promosi produk skincare secara berlebihan, tidak realistis, atau tidak didukung oleh bukti ilmiah. Misalnya, mengklaim bahwa sebuah serum dapat menghilangkan semua kerutan dalam waktu 24 jam tanpa prosedur medis.
Klaim seperti ini tidak hanya menyesatkan konsumen, tetapi juga melanggar ketentuan promosi produk kosmetik yang diatur oleh BPOM dan hukum perlindungan konsumen di Indonesia.
Overclaim sering kali muncul karena brand ingin membedakan diri dari kompetitor dengan pesan yang terdengar “wow” dan memikat. Sayangnya, strategi ini justru bisa menjadi bumerang. Selain kehilangan kepercayaan konsumen, pelanggaran ini dapat memicu peringatan resmi, penarikan produk dari pasaran, hingga sanksi hukum.
Bagi pemilik brand, memahami batasan klaim adalah langkah penting. Klaim yang valid harus:
- Berdasarkan hasil uji laboratorium atau bukti ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
- Sesuai dengan fungsi dan komposisi produk.
- Tidak menjanjikan hasil yang tidak realistis atau instan.
Baca Juga: Menggunakan Flanking Marketing untuk Bisnis Skincare
Contoh Overclaim Skincare dan Risiko Hukumnya
Sebelum membangun strategi promosi, pemilik brand perlu memahami batas aman dalam membuat klaim. Overclaim bukan hanya soal berlebihan dalam menjanjikan hasil, tetapi juga tentang memberikan informasi yang tidak sesuai fakta atau melanggar ketentuan regulasi.
Mengetahui overclaim skincare artinya akan membantu brand menghindari pelanggaran yang dapat merugikan reputasi dan keuangan. Berikut beberapa contoh overclaim yang sering ditemukan di industri skincare, beserta risiko hukum yang mengikutinya.
1. “Menghilangkan jerawat dalam 1 hari”
Tiap jenis kulit bereaksi dengan cara yang berbeda, dan memperoleh hasil instan nyaris tidak mungkin terjadi tanpa tindakan medis. Klaim seperti ini menimbulkan ekspektasi yang salah pada konsumen, sehingga jika hasil yang dijanjikan tidak tercapai, brand dapat dilaporkan atas dugaan penyesatan informasi.
2. “Memutihkan kulit permanen”
Tidak ada produk skincare topikal yang mampu mengubah warna kulit secara permanen. Klaim seperti ini menyalahi ketentuan BPOM yang melarang pernyataan berlebihan terkait perubahan warna kulit, karena dapat menyesatkan dan membahayakan jika konsumen mencoba secara berlebihan.
3. “100% bebas efek samping”
Meskipun formulasi aman, setiap bahan memiliki potensi reaksi pada individu tertentu, misalnya alergi atau iritasi. Mengklaim sepenuhnya bebas efek samping dapat dianggap menyesatkan karena bertentangan dengan prinsip keamanan produk kosmetik.
Risiko hukum dari overclaim mencakup teguran tertulis dari BPOM, denda administratif, penarikan produk dari peredaran, hingga gugatan hukum dari konsumen yang merasa dirugikan.
Baca Juga: Quality Control: Definisi, Manfaat, dan Cara Kerjanya
Bangun Brand Skincare yang Legal dan Kredibel Bersama CISAS
Mengembangkan brand skincare yang sukses bukan hanya soal menghadirkan produk dengan formula unggulan, tetapi juga memastikan setiap langkahnya sesuai regulasi. Salah satu kunci membangun kepercayaan konsumen adalah menghindari overclaim dan memastikan semua klaim produk didukung bukti ilmiah.
CISAS hadir sebagai mitra strategis bagi Smartpreneur yang ingin memproduksi skincare secara legal, aman, dan berkualitas. Dengan pengalaman di industri maklon, CISAS membantu mulai dari tahap formulasi, pengujian keamanan, pengurusan izin BPOM, hingga perencanaan strategi klaim produk yang tepat.
Bersama CISAS, Anda tidak hanya mendapatkan produk yang efektif dan aman, tetapi juga membangun reputasi sebagai brand yang kredibel. Konsultasikan ide skincare-mu di sini, dan wujudkan produk yang mampu bersaing di pasar dengan klaim yang valid, menarik, dan sesuai regulasi.
Ditinjau oleh dr. Oscar Wiradi Putera
