Sebelum sebuah produk skincare siap diluncurkan, ada satu langkah kecil yang sering jadi penentu, yaitu patch test. Meski terdengar sepele, proses ini bisa bantu brand menghindari risiko iritasi dan komplain dari konsumen.
Di dunia skincare yang semakin kompetitif, patch test menjadi bagian penting untuk memastikan kualitas dan keamanan produk sejak tahap awal pengembangan.
Apa Itu Patch Test?
Patch test adalah metode pengujian topikal yang dilakukan dengan mengoleskan sedikit produk skincare ke area kulit tertentu, biasanya di bagian dalam lengan atau belakang telinga, untuk melihat apakah produk tersebut menimbulkan reaksi seperti iritasi, kemerahan, atau alergi.
Proses ini bertujuan untuk mengevaluasi toleransi kulit terhadap formula sebelum produk digunakan. Dalam pengembangan skincare, patch test menjadi langkah penting untuk memastikan keamanan produk, terutama bagi kulit sensitif atau saat menggunakan bahan aktif dengan potensi reaksi tinggi.
Baca Juga: 8 Ciri-Ciri Kulit Sensitif dan Skincare untuk Mengatasinya
Mengapa Patch Test Penting Dilakukan?
Bagi konsumen atau Smartpreneur, memastikan keamanan produk bukan sekadar kewajiban, tapi juga bagian dari strategi membangun kepercayaan. Di sinilah peran patch test jadi sangat penting. Berikut alasan mengapa patch test sebaiknya tidak dilewatkan dalam proses pengembangan produk:
1. Mendeteksi Potensi Iritasi
Patch test membantu melihat apakah suatu bahan atau formula menimbulkan reaksi negatif pada kulit, seperti kemerahan, gatal, atau ruam. Ini penting untuk menghindari risiko sebelum produk digunakan lebih luas.
2. Memenuhi Standar Uji Keamanan
Banyak regulasi dan sertifikasi, seperti klaim “hypoallergenic” atau “dermatologically tested” yang mensyaratkan adanya uji keamanan. Patch test dapat menjadi bagian dari dokumentasi pendukung untuk klaim tersebut.
3. Meningkatkan Kredibilitas Produk
Dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan keamanan skincare, produk yang telah melalui patch test akan lebih mudah diposisikan sebagai pilihan yang aman dan layak dipercaya.
Dengan melakukan patch test, brand menunjukkan perhatian pada detail yang sering luput tapi krusial. Bukan hanya menghindari risiko, tapi soal menciptakan pengalaman skincare yang aman dan dipercaya sejak awal.
Baca Juga: Apakah Niacinamide Menyebabkan Purging? Cek Jawabannya
Cara Melakukan Patch Test yang Benar
Agar patch test memberikan hasil yang akurat, penting untuk mengikuti langkah yang tepat. Proses ini sederhana, tapi tetap perlu dilakukan dengan hati-hati, terutama saat mengembangkan produk baru atau menguji bahan aktif yang potensial menimbulkan reaksi. Berikut cara melakukan patch test dengan benar:
1. Pilih Area Kulit yang Tepat
Gunakan bagian kulit yang sensitif namun tidak terlalu terekspos, seperti sisi dalam lengan, belakang telinga, atau sisi leher.
2. Aplikasikan Sedikit Produk
Oleskan produk dalam jumlah kecil (sekitar seukuran kacang hijau) di area yang sudah dibersihkan. Hindari menggosok terlalu keras, cukup oles secara merata.
3. Biarkan Selama 24-48 Jam
Hindari membilas atau menutupi bagian tersebut. Selama waktu ini, hindari penggunaan produk lain untuk menghindari reaksi silang.
4. Amati Reaksi Kulit
Apabila muncul kemerahan, gatal, ruam, atau rasa panas, itu artinya ada iritasi atau alergi. Namun, jika tidak ada reaksi, produk cenderung aman digunakan.
5. Catat dan Evaluasi Hasilnya
Untuk brand atau tim R&D, hasil patch test sebaiknya didokumentasikan sebagai bagian dari proses pengujian produk. Ini bisa menjadi dasar perbaikan formula atau validasi klaim keamanan.
Baca Juga: Waspada, Ini Ciri-Ciri Skincare Mengandung Merkuri
Produk Skincare Apa Saja yang Sebaiknya Melalui Patch Test?
Tidak semua skincare memiliki risiko iritasi yang sama. Namun, untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengguna, beberapa jenis produk sangat disarankan untuk melalui proses patch test, terutama jika mengandung bahan aktif atau ditujukan untuk kulit sensitif.
Berikut jenis-jenis produk yang sebaiknya diuji melalui patch test:
- Produk dengan konsentrasi bahan aktif tinggi (seperti retinol, AHA, BHA, vitamin C)
- Produk leave-on (serum, moisturizer, sunscreen, essence)
- Produk dengan fragrance atau essential oil
- Produk untuk kulit sensitif, wajah, area mata, atau produk khusus bayi
Melakukan patch test pada jenis-jenis produk di atas bukan hanya membantu mencegah reaksi negatif, tapi juga memperkuat kesan bahwa brand peduli terhadap kenyamanan dan keamanan konsumennya. Semakin hati-hati dalam tahap pengujian, semakin besar pula kepercayaan yang bisa dibangun.
Baca Juga: Bakuchiol untuk Apa? Manfaat dan Alasan Jadi Pengganti Retinol
Produksi Skincare yang Aman & Edukatif Bersama CISAS
Dalam industri skincare, keamanan produk bukan lagi nilai tambah, melainkan standar yang wajib dipenuhi. CISAS memahami hal ini dan menawarkan layanan maklon skincare yang mengutamakan proses produksi yang aman sekaligus edukatif untuk setiap brand yang ingin tumbuh dengan kualitas.
CISAS mendampingi Smartpreneur dari tahap awal seperti formulasi, pemilihan bahan, dan patch test, hingga proses akhir seperti produksi massal dan pengurusan perizinan. Setiap tahapan dilakukan secara transparan dan disesuaikan dengan kebutuhan brand, termasuk bagi yang baru merintis atau ingin mengembangkan lini produk dengan kandungan aktif.
Dengan dukungan tim ahli dan fasilitas produksi yang memenuhi regulasi, CISAS membantu brand menghadirkan produk skincare yang tidak hanya aman digunakan, tapi juga siap bersaing di pasar dengan kepercayaan penuh dari konsumen. Konsultasikan ide produk skincare Anda sekarang, gratis!
Ditinjau oleh dr. Oscar Wiradi Putera






